Kaki-kaki
mungil itu berjalan membelah hutan. Bukan untuk hari ini saja melainkan
telah berlangsung sejak 2 tahun silam. Kaki mungilnya menginjak tanah
yang belum kering karena hujan semalam tanpa alas kaki.
S: Aku lelah, aku ingin selamanya berada di hutan dan tidak kembali ke rumah nenek. Aku hanya ingin hidup dengan tenang.
T: Kau lelah?
S: Tentu saja. Lihat, aku tak punya alas kaki. Nenek tak pernah kuatir jika kakiku terluka. nenek juga membiarkanku mencari madu sendirian di tengah hutan dan berhadapan dengan lebah-lebah ganas.
T: Apakah lebah-lebah itu penah menyakitimu?
S: Tentu saja tidak. Aku sudah belajar bagaimana cara mengambil madu dengan benar agar lebah-lebah itu tidak menyakitiku. Tapi...
T: Tapi apa?
S: Aku lelah. Aku bosan harus menjalani rutinitas seperti ini. Aku ingin sesuatu yang berbeda.
T: .....
S: Aku benci nenek. Aku benci semuanya.
T: Termasuk padaku?
S: .....
T: Aku tahu kau lelah. Aku tahu kau bosan. Aku tahu kau begitu membenci nenek. Aku tahu banyak hal tentangmu.
S: Kau siapa?
T: AKU-lah TUHAN-mu, yang tak pernah lelah menemanimu sepanjang hari, yang tak pernah bosan mendengarkan semua keluhan-keluhanmu, dan aku tidak pernah membencimu. AKU mengasihimu apa adanya.
Saya: Apa KAU bisa membuat hidupku menjadi berbeda?
Tuhan: Tentu saja. Coba mulai sekarang kau mensyukuri setiap hal yang ada pada dirimu. Bersyukurlah jika kakiku tak pernah terluka, karena AKU selalu membuat tanah-tanah dan tumbuhan di sini tak menyakitimu. AKU juga memberimu hikmat agar kau menemukan cara agar tak terluka saat mengambil madu-madu itu. bersyukurlah untuk semua hal itu.
Saya: Bagaimana dengan nenek?
Tuhan: AKU juga yang menciptakan nenek. Tanpa nenek, kau tidak akan bisa hidup lebih baik daripada hidup yang kamu miliki sekarang.
Saya: Tuhan... Bolehkan aku memeluk-Mu?
Tuhan: Tentu saja anak-KU, datanglah kepada-KU
Imanuel ~_^
S: Aku lelah, aku ingin selamanya berada di hutan dan tidak kembali ke rumah nenek. Aku hanya ingin hidup dengan tenang.
T: Kau lelah?
S: Tentu saja. Lihat, aku tak punya alas kaki. Nenek tak pernah kuatir jika kakiku terluka. nenek juga membiarkanku mencari madu sendirian di tengah hutan dan berhadapan dengan lebah-lebah ganas.
T: Apakah lebah-lebah itu penah menyakitimu?
S: Tentu saja tidak. Aku sudah belajar bagaimana cara mengambil madu dengan benar agar lebah-lebah itu tidak menyakitiku. Tapi...
T: Tapi apa?
S: Aku lelah. Aku bosan harus menjalani rutinitas seperti ini. Aku ingin sesuatu yang berbeda.
T: .....
S: Aku benci nenek. Aku benci semuanya.
T: Termasuk padaku?
S: .....
T: Aku tahu kau lelah. Aku tahu kau bosan. Aku tahu kau begitu membenci nenek. Aku tahu banyak hal tentangmu.
S: Kau siapa?
T: AKU-lah TUHAN-mu, yang tak pernah lelah menemanimu sepanjang hari, yang tak pernah bosan mendengarkan semua keluhan-keluhanmu, dan aku tidak pernah membencimu. AKU mengasihimu apa adanya.
Saya: Apa KAU bisa membuat hidupku menjadi berbeda?
Tuhan: Tentu saja. Coba mulai sekarang kau mensyukuri setiap hal yang ada pada dirimu. Bersyukurlah jika kakiku tak pernah terluka, karena AKU selalu membuat tanah-tanah dan tumbuhan di sini tak menyakitimu. AKU juga memberimu hikmat agar kau menemukan cara agar tak terluka saat mengambil madu-madu itu. bersyukurlah untuk semua hal itu.
Saya: Bagaimana dengan nenek?
Tuhan: AKU juga yang menciptakan nenek. Tanpa nenek, kau tidak akan bisa hidup lebih baik daripada hidup yang kamu miliki sekarang.
Saya: Tuhan... Bolehkan aku memeluk-Mu?
Tuhan: Tentu saja anak-KU, datanglah kepada-KU
Imanuel ~_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar