Doris Kristianti Hutahaean - Jakarta Dokter mendiagnosis aku terkena TB kelenjar getah bening. Diagnosis itu sangat mengagetkan. Kata TB getah bening sudah membuat aku merasa sangat takut karena aku pernah mendengar bahwa penyakit itu berbahaya. Aku berharap hari itu tidak pernah ada dalam hidupku.
Dokter memberikan obat-obatan TB yang harus aku minum selama 6 bulan, tanpa henti. Namun, batuk yang kualami tidak mereda, bahkan bertambah parah dan menyiksa. Akhirnya aku memeriksakan diri ke rumah sakit yang berbeda. Ketika itu, benjolan-benjolan di leher semakin banyak dan terlihat jelas seperti kalung di leher kanan dan kiriku. Dokter menyarankan agar aku menjalani biopsi untuk mengetahui apa sebenarnya benjolan-benjolan itu. Hasil biopsi tersebut menyatakan aku positif terkena kanker limfoma atau kanker getah bening stadium 3. Saat itu aku tidak bisa bersuara lagi karena kelenjar-kelenjar tersebut menghimpit pita suara dan saluran napasku.
Aku diam tetapi di dalam hati, aku sangat yakin bahwa Tuhan Yesus pasti bisa menyembuhkanku. Waktu itu, tema gerejaku tahun 2009 adalah Tahun Mujizat dan Kesembuhan yang Kreatif. Tayangan KKR-KKR Healing Movement yang kerap diputar sebelum Ibadah Raya telah menguatkan imanku. Banyak mujizat kesembuhan terjadi. Orang yang rindu mengalami mujizat, disembuhkan. Aku sangat yakin bahwa kalau mereka disembuhkan, aku juga. Kalau mereka yang non-Kristen saja disembuhkan oleh Tuhan, apalagi aku anakNya, pasti disembuhkan Tuhan. Dokter menyarankan agar aku segera dikemoterapi. Aku dan keluarga sangat terkejut. Kami tidak menyangka bahwa hasilnya seperti itu dan pengobatannya harus dengan kemoterapi.
Kami juga memikirkan biaya dan efek yang terjadi setelah kemoterapi. Kami bergumul apakah Tuhan memang menghendaki kesembuhanku lewat kemoterapi. Aku minta konfirmasi dari Tuhan. Aku minta tiga hal dari Tuhan. Aku berdoa, Tuhan, tolong tunjukkan ada orang kanker yang disembuhkan lewat kemoterapi. Kedua, aku rindu ketika orang itu bersaksi, dia disembuhkan lewat kemoterapi, hatiku sukacita sekali dan aku tidak takut lagi menjalani kemoterapi. Ketiga, Tuhan, biaya kemo tidak murah, tolong sediakan dananya. Puji Tuhan, semua doaku dijawab Tuhan. Pertama, konfirmasi datang ketika seorang yang telah disembuhkan lewat kemoterapi menjengukku di rumah sakit.
Kedua, ketika ia bersaksi, hatiku sungguh sukacita. Ia mengatakan, Doris, kamu jangan takut dikemoterapi, aku juga dikemoterapi karena kanker payudara. Puji Tuhan, aku sembuh. Ada bagian yang Tuhan kerjakan, tetapi ada bagian yang harus kita kerjakan. Kamu berdoa, memuji, dan menyembah Tuhan dan jalankan prosesnya lewat kemoterapi ini. Kedua, Hatiku sangat bersukacita karena aku mendapatkan jawaban yang sangat kunantikan saat itu. Hatiku melonjak bergembira dan aku minta segera dikemo karena aku ingin cepat sembuh. Ketiga, Tuhan juga menyediakan setiap dana yang kubutuhkan untuk kemoterapi.
Ketika akan menjalani kemo kedua, aku harus menyiapkan sejumlah uang yang relatif besar bagiku. Tiba-tiba, ada 2 orang hamba Tuhan datang ke rumah sakit. Sebelum pulang, mereka memberikan sejumlah uang kepadaku. Saat itu, aku sangat bersyukur. Dan ketika dihitung, ternyata jumlah uang itu persis sama dengan biaya kemoterapi yang kubutuhkan. Tuhan Yesus luar biasa. Dia benar-benar Yehova Yireh. Selama menjalani pengobatan, aku dan keluarga tidak pernah meminta-minta atau berhutang pada siapa pun. Dengan cara-cara yang ajaib, Tuhan menyediakan setiap dana yang kami perlukan. Ada masa-masa ketika aku merasa tidak kuat, tidak berdaya, dan sepertinya ingin menyerah. Khususnya, ketika rambutku mulai rontok, perasaanku sangat sedih. Sebagai wanita, rambut adalah mahkota bagiku. Meskipun dokter sudah memberi tahu efek ini, tetapi yang aku tidak siap, ternyata proses kebotakan itu mengerikan.
Rambutku rontok terus. Dalam hitungan 6 hari, rambutku langsung habis dan kebotakannya tidak merata. Setiap bercermin, hatiku perih sekali. Belum lagi, setiap kali selesai kemoterapi, kulitku tampak lebih hitam, di sisi lain aku merasa sakit dan lemah sekali. Aku jadi mengasihani diri. Namun, aku sadar tidak ada gunanya aku mengasihani diri.
Dukungan dan doa dari keluarga, sahabat-sahabat di COOL Choir, Youth TM, dan teman-teman di kantor membantu aku melewati kemo demi kemo. Suatu kali, dalam sebuah ibadah, aku merasa sulit bernyanyi dengan baik. Waktu itu, aku kehilangan suara dan sulit bernapas. Sempat tebersit dalam pikiranku, bagaimana kalau keadaan ini terus terjadi, aku tidak bisa lagi melayani Tuhan melalui bidang vokal. Namun, setelah kemo pertama pita suaraku yang tertutup oleh benjolan-benjolan itu mulai pulih kembali. Semua yang Tuhan izinkan terjadi pada anak-anakNya pasti mendatangkan kebaikan, meskipun prosesnya tidak enak.
Kondisi ini membawa aku lebih dekat pada Tuhan. Aku banyak mengoreksi hidupku. Aku mengerti Tuhan ingin aku menikmati hidup bersama dengan Dia dalam kacamataNya. Bersama Dia, segala sesuatu yang aku lihat tampak indah dan baik. Saat menjalani proses kemoterapi, aku terus berharap dan mengandalkan Tuhan. Aku bahkan tetap melayani Tuhan dengan menggunakan �wig�. Aku terus memperkatakan hal-hal yang positif. Aku minta Tuhan menciptakan sel-sel yang sehat dan kelenjar getah bening yang normal dalam tubuhku.
Aku sungguh yakin bahwa setiap perkataanku yang dibarengi dengan iman bekerja sehingga sesuatu terjadi pada tubuhku. November 2009, beberapa hari menjelang kemo yang ke-6, gereja tempatku melayani mengadakan KKR di Lapangan Puspomal, Kelapa Gading. Aku ingin sekali ikut pelayanan dan mendapatkan mujizat di KKR itu. Aku minta izin pada dokter untuk memundurkan waktu kemo hingga KKR usai, dan dokter mengizinkanku. Aku pun melayani Tuhan sebagai Choir di KKR itu.
Aku sangat menikmati hadirat Tuhan. Pujian yang kami naikkan justru memberiku kekuatan yang baru. Aku percaya, meskipun aku tidak dilayani atau ditumpangtangani karena sedang melayani, tetapi Tuhan Yesus menyembuhkanku. Ia sendiri yang mengkemoterapi aku malam itu. Beberapa waktu kemudian aku menemui dokter. Aku mengatakan bahwa aku sudah sehat dan tidak mau dikemoterapi lagi. Dokter mengizinkan dengan persyaratan aku harus memeriksakan diri untuk beberapa kali.
2010, 3 kali aku datang kepada dokter itu dengan membawa hasil tes darah, hasilnya semakin bagus. Dokter takjub dengan hasil tersebut karena aku sudah tidak dikemoterapi dan tidak minum obat. Aku minta pada dokter untuk melakukan tes yang lebih akurat. 28 Desember 2010, aku mendapat kado Natal yang luar biasa dari Tuhan. Secara medis, dokter menyatakan sel-selku sudah normal, tidak ada sel kanker lagi. Mendengar hal itu, mataku berkaca-kaca dan aku hanya bisa berkata, "Tuhan Yesus, Engkau sungguh luar biasa, Engkau dahsyat." Dia memang Tuhan yang tidak pernah meninggalkan umatNya yang percaya dan berharap kepadaNya. Sungguh, mujizat Tuhan masih ada!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar