Laman

Rabu, 31 Juli 2013

"Kisah tentang cinta kasih ini membuat semua terharu dan terus meneteskan air mata"



Di suatu siang hari terlihat seorang nenek berulang kali menekan tombol sebuah rice cooker, tetapi rice cooker itu tetap tidak mau menyala. Lalu nenek ini berjalan tergopoh-gopoh dari dapur ke kamarnya. Di dalam kamar nenek langsung merapikan rambutnya yang sudah memutih dan mengganti baju.

Setelah semua kancing bajunya terkancing, si nenek kembali membukanya lagi. Ternyata kancing bajunya tidak terkancing sesuai urutan, sehingga terkadang sisi baju yang sebelah kiri menjadi lebih tinggi dari yang kanan. Atau kancing yang sebelah kanan melampaui 2 urutan dari yang sebelah kiri. Nenek bahkan harus mengulanginya beberapa kali sampai berkeringat, baru akhirnya semua bisa terkancing rapi sesuai urutannya. Setelah itu nenek berjalan keluar dari kamar.

Saat nenek melintasi ruang tamu, cucu perempuannya yang berumur 16 tahun sedang menonton TV. Terheran melihat neneknya berpakaian rapi, lalu bertanya, “Nenek mau kemana, bukannya tadi nenek sedang masak didapur?” Nenek kemudian menjelaskan kalau ia tadinya memang mau memasak, tapi entah kenapa rice cookernya tidak mau menyala, dan sekarang nenek mau keluar sebentar membeli makanan.

Dengan wajah cemberut, cucunya meminta agar nenek cepat pulang karena ia sudah mulai lapar. “Iya, nenek akan cepat pulang. Kamu tunggu nenek sebentar yah...” Kata neneknya dengan tersenyum, supaya wajah cucunya tidak merengut lagi. Nenek pun berjalan keluar rumah, menunggu bus yang lewat, lalu naik bus ke pusat penjualan makanan.

Beberapa saat setelah nenek keluar rumah, cucunya berjalan ke dapur mencari cemilan untuk sekedar mengganjal perut. Tak sengaja dia melihat steker rice cooker yang belum dicolok. Cucunya pun tersenyum geli melihat sikap pelupa neneknya seperti orang yang sudah pikun saja.

Sesampai di pusat penjualan makanan, nenek membeli nasi ayam kesukaan cucunya. Setelah selesai membayar dan hendak pulang, langkah nenek tiba-tiba terhenti persis di pintu keluar. Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan, bola matanya membesar, raut mukanya berubah tampak kebingungan. Semua bangunan dan jalanan yang ada di depannya terlihat berbeda dan asing.

Nenek terdiam membisu sejenak. Dan akhirnya menyadari kalau ia lupa arah jalan pulang ke rumah.

Lantas dengan sigap, nenek melambaikan tangannya sambil berjalan menghampiri seorang pemuda yang melintas di depannya. Meminta bantuan kepada pemuda itu agar mau membawanya pulang. “Nak, Nak, tolong antarkan nenek pulang...” Kata nenek.

“Maaf, Nek. Saya sedang terburu-buru.” Tolak pemuda tadi.

Kemudian nenek menghampiri seorang wanita paruh baya. Sama dengan pemuda tadi, wanita ini juga tidak bisa mengantarkan nenek pulang karena akan menjemput anak-anaknya. Nenek tidak berhenti. Kali ini dengan gesit ia berjalan ke arah seorang bapak-bapak untuk meminta tolong. “Pak, Pak, tolong antarkan saya pulang. Cucu saya sedang menunggu saya pulang membawa makanan. Dia pasti sudah lapar sekarang.” Kata nenek dengan wajah terlihat sedih.

“Rumah Nenek dimana, yuk saya antar.” Jawab bapak ini.
“Emm... mm... saya.., saya tidak ingat dimana.” Kata nenek dengan terbata-bata. “Tapi tolong antarkan saya pulang, Pak. Pokoknya antarkan saja saya pulang.” Nenek memohon. Bapak ini juga tidak bisa menolong karena nenek sudah pikun dan sama sekali tidak ingat dimana rumahnya. Mata nenek tampak berkaca-kaca, air matanya hampir jatuh membasahi pipi.

Berulang kali nenek terus meminta tolong kepada setiap orang yang ditemuinya untuk diantarkan pulang. Ada yang menolak dan ada juga yang bersedia... tapi siapa pun yang mau menolong tetap saja tidak bisa mengantarkan nenek. Wajah nenek tampak sangat sedih. Tanpa di sadari air mata nenek mengalir di pipinya. Teringat cucunya menahan lapar, sedang menunggunya pulang membawa makanan.

Nenek tetap terus berjalan sambil meminta tolong, dan sesekali mencoba mencari jalan pulang sendiri. Tanpa berhenti untuk beristirahat. Rambut putihnya yang tadinya tersisir rapi dan diikat ke belakang, sekarang mulai berantakan dan tidak karuan. Kedua tangannya terus mendekap nasi ayam yang dibelinya tadi siang agar tetap hangat. Seluruh wajah dan bajunya telah basah oleh keringat. Langkahnya juga sudah mulai melambat karena kakinya terasa sakit dan kelelahan.

Hingga hari mulai gelap, nenek masih saja terus berjalan, berusaha bisa sampai ke rumah meskipun dari wajahnya terlihat jelas sekali kalau nenek sudah sangat kelelahan...

Pada waktu yang bersamaan, dirumah nenek, sepasang suami istri baru pulang. Mereka adalah orang tua dari cucu nenek. Si ibu melihat anaknya yang sedang ngemil sambil menonton TV. Lalu bertanya, “Kok kamu ngemil, apa nenek belum selesai masak?” Putrinya menjelaskan, kalau nenek tidak jadi masak hari ini dan sudah sejak tadi siang pergi ke pusat penjualan makanan tapi masih belum pulang sampai sekarang.

“Apa! Nenek belum pulang dari tadi siang?!” Kata ayahnya dengan wajah terkejut bercampur khawatir. Belum sempat anaknya berkata apapun, kedua suami istri ini langsung pergi lagi. Bermaksud mencari nenek! Anaknya kaget melihat kedua orang tuanya tiba-tiba menjadi panik dan langsung pergi lagi. Setelah beberapa saat dia baru sadar, kalau nenek bukan pelupa, tapi sudah pikun, dan nenek pasti sedang tersesat sekarang. Segera, dia pun mengikuti kedua orang tuanya pergi mencari nenek.

Ketiganya berkeliling di tengah keramaian kota, berusaha menemukan nenek. Dan kemudian, kedua suami istri ini mendengar bunyi klakson mobil bersahut-sahutan. Keduanya segera berlari ke arah bunyi klakson tersebut. Sesampainya disana mereka melihat nenek berdiri terbengong di tengah jalan menghalangi laju mobil-mobil. Lalu keduanya menarik tangan nenek dan menuntunnya ke tepi jalan. “Apa yang Ibu lakukan di tengah jalan seperti ini. Ibu membuat kita jadi tontonan semua orang...” Bentak putranya.

“Pak, Pak, tolong antarkan saya pulang, cucu saya sekarang pasti sudah sangat lapar. Kasihan cucu saya, dia belum makan dari siang. Tolong Pak...” Karena di bentak, nenek semakin linglung dan tidak ingat dengan putra maupun menantunya sendiri. “Bu! Saya ini anakmu sendiri!” Teriak putranya lagi. Kemudian nenek berpaling ke arah menantunya, “Nyonya, tolong antarkan saya pulang, cucu saya sedang menunggu saya pulang bawa makanan.” Nenek memelas sambil menangis.

Mendengar nenek memelas seperti itu ditambah dengan melihat kondisi tubuh nenek yang sedemikian sangat lelahnya. Hati keduanya terasa sangat pilu sekali. Tak kuasa menahan air mata, menantunya menjadi ikut menangis. Menangis dengan teramat sedih. Menyadari betapa besarnya cinta dan kasih sayang nenek kepada cucunya, yang tak lain adalah putri mereka sendiri.

Tiba-tiba... dari kejauhan, sayup-sayup terdengar suara cucunya memanggil, “Nenek, Nenek...” Nenek menoleh ke belakang, mencari asal suara cucunya. Ternyata benar, cucunya berada tidak jauh dari sana. Dibalik keremangan lampu jalan, cucunya berlari ke arah nenek. Senang melihat cucunya berada disana, nenek pun berjalan ke arah cucunya dengan tertatih-tatih. Walaupun terlihat nenek tersenyum sangat senang, namun masih tampak sangat jelas kecapekan dibalik senyumannya itu.

Cucunya langsung memeluk nenek. “Nenek maafkan saya, Nenek tidak apa-apa?” Kata cucunya dengan meneteskan air mata. “Iya, Nenek tidak apa-apa. Ini nenek sudah belikan nasi ayam kesukaan kamu, ayo makan. Kamu pasti sudah lapar sekali. Kasihan cucu nenek harus kelaparan sampai malam.” Kata nenek sambil membuka bungkus nasi lalu di suapkan ke mulut cucunya. Cucunya terus menangis. “Nenek maafkan saya, maafkan saya, nek.” Cucunya terus berulang-ulang meminta maaf sambil menangis...

“Tolong maafkan nenek yah, kamu jadi harus kelaparan menunggu nenek terlalu lama.” Mendengar nenek berkata demikian, dan melihat kondisi nenek yang begitu kesakitan juga kelelahan. Air mata cucunya semakin deras mengalir. Putra dan menantu nenek yang melihat kejadian ini, juga menitikkan air mata. Lalu keduanya berjalan mendekati nenek dan memeluk nenek dari belakang. “Ibu, kami semua sangat mencintaimu.”


Sahabat yang terkasih,

Kisah ini disampaikan kepada saya dan Anda untuk membuka hati dan mata kita akan betapa besarnya cinta kasih orang tua dalam mengurus serta membesarkan anak-anaknya. Ketika orang tua kita sudah renta dan tidak lagi mampu mengurus dirinya sendiri, sebagai anak, sudah sepatutnya kita juga mengasihi, merawat dan memperhatikan mereka sama persis dengan yang telah mereka lakukan kepada kita.

Dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat, maukah Anda berbaik hati untuk ikut serta bersama saya dalam meneruskan pesan kisah cinta kasih ini dengan “Tag/Share & Broadcast” kepada semua teman-teman dan anggota keluarga? Karena dengan kita berbuat demikian serta menganjurkan orang lain turut melakukan suatu mahakarya kebajikan untuk lebih peduli kepada orang tua dan akan membawa berkat terbesar dalam hidup kita di dunia ini.

Terima Kasih telah menyempatkan waktu untuk membaca kisah ini dan terima Kasih telah berbagi hati mulia Anda untuk semua orang tua di dunia ini..

Imanuel ~_^


"TUKANG BECAK DAN ANAK PEREMPUANNYA"


"TUKANG BECAK DAN ANAK PEREMPUANNYA"

Hati siapa yang tidak tersentuh melihat seorang pria menarik becak di siang hari yang panas sambil menggendong bayi? Hal ini benar-benar terjadi di India. Pria ini mengasuh bayinya karena sang istri meninggal setelah melahirkan dan tidak ada yang bersedia merawat sang bayi.

Nama pria ini adalah Bablu Jatav, 38 tahun. Dia dikaruniai seorang bayi perempuan yang diberi nama Damini setelah menikah selama 15 tahun dengan istrinya, Shanti. Pak Bablu mengatakan bahwa dia sangat senang diberkati seorang putri, tetapi dia menyimpan kesedihan mendalam karena sang istri meninggal sesaat setelah melahirkan.“Shanti meninggal tidak lama setelah melahirkan di rumah sakit pada tanggal 20 September,” ujar pak Bablu. “Sejak saat itu, belum ada seorang pun yang mau merawat putri saya, sehingga saya yang merawatnya, bahkan pada saat saya menarik becak,” lanjutnya.

Pekerjaan pak Bablu sehari-hari adalah penarik becak di kota Bharatpur. Dia tidak memiliki saudara yang bisa merawat bayinya, sehingga jalan satu-satunya adalah merawat sang putri sambil bekerja. Pak Bablu menggendong bayinya dengan kain yang dililitkan di leher. Hal ini terpaksa dia lakukan, bahkan di tengah hari yang sangat panas.Kondisi ini memang memprihatinkan, terutama bagi Damini yang masih sangat kecil. Panasnya matahari dan kondisi jalanan membuatnya harus dilarikan di rumah sakit Jaipur beberapa waktu yang lalu.

Sang bayi mengalami septikemia, anemia dan dehidrasi akut. Untungnya, kondisi sang bayi membaik setelah dirawat.Berita ini dengan cepat menyebar di India, sehingga banyak tawaran bantuan yang diterima oleh pak Bablu.

Besar kemungkinan bahwa pemerintah India setempat sedang memproses cara untuk membantu merawat sang bayi. Semoga bantuan segera datang, sehingga bayi perempuan ini mendapat perawatan yang lebih baik.Sahabat, jangan remehkan cinta seorang ayah.

Sudahkah Anda berterima kasih pada beliau???

Imanuel ~_^

"SELALU ADA SISI BAIK"


                                                                                  Di sebuah negeri ada seorang
Raja yang punya Perdana Menteri yang sangat optimis. Setiap kali Raja merasa jengkel, selalu saja Perdana Menteri mampu menemukan sisi positif dari tiap situasi.

Suatu hari, mereka berdua berjalan melintasi hutan lebat. Di tengah jalan, Raja beristirahat sambil membelah buah kelapa sebagai pelepas dahaga. Sedang enak-enaknya makan buah kelapa, tanpa sengaja Sang Raja menggigit batok kelapa yang keras hingga giginya terlepas. Ia menjerit kesakitan. Mendengar keluhan Raja, Perdana Menteri malah tersenyum sambil berteriak, "Wow, itu bagus ... !"

"Kenapa kamu berkata seperti itu ?" tanya Raja keheranan.

"Ya, karena itu ada pertanda keberuntungan untuk Baginda."

Mendengar jawaban ini, Raja menjadi marah. Bagaimana mungkin penderitaan Raja dianggap lucu oleh Perdana Menterinya ?

"Baginda, mohon dengarkan saya," desak Perdana Menteri, "dibalik setiap kejadian yang tidak mengenakkan selalu terdapat sisi baik yang tidak kita lihat."

"Cukup! Ini sudah keterlaluan!" seru Sang Raja. Ia menangkap dan mengikat Perdana Menteri. Dimasukkan ke dalam sumur kering. Sang Raja akan menjemputnya nanti sepulang dari perjalanannya.

Sang Raja melanjutkan perjalanannya. Setelah berjalan cukup jauh, ia dihadang sekelompok suku liar yang sedang mencari orang untuk dikurbankan pada Dewa Gunung. Begitu tahu bahwa yang ditangkap adalah seorang Raja, mereka sangat senang. Dibawanya Raja untuk dikorbankan sebagai korban sajian. Sang Raja dirias dengan pakaian kurban yang indah.

Ketika algojo siap memenggal lehernya, pemimpin upacara berteriak menghentikan upacara itu. Ia melihat ada satu gigi Sang Raja yang telah tanggal.

"Kami tidak bisa menggunakan engkau sebagai kurban karena Dewa Gunung hanya berkenan menerima kurban yang tubuhnya lengkap. Kamu boleh pergi sekarang!"

Sang Raja sangat bersyukur. Ia lari cepat-cepat meninggalkan suku liar itu. Tiba-tiba ia teringat apa yang dikatakan oleh Perdana Menterinya: "Ada sisi keberuntungan dari sesuatu yang dianggapnya sebagai kesialan."

Bergegas ia menjenguk Perdana Menterinya yang masih tertinggal di dalam sumur kering. Ketika melongok ke dalam sumur, Sang Raja melihat Perdana Menterinya tersenyum gembira. Sang Raja menolongnya keluar dari sumur dan memintan maaf atas apa yang telah ia lakukan. Kemudian ia menceritakan apa yang dialaminya.

"Ah, Baginda tak perlu meminta maaf," jawab Perdana Menteri sambil tersenyum.

"Bukankah bagi hamba, adalah sebuah berkat jika hamba dilempar ke dalam sumur?"

"Bagaimana mungkin?" tanya Sang Raja terheran-heran.

"Baginda, seandainya hamba pergi bersama Baginda, maka suku liar itu akan menggunakan hamba sebagai kurban pengganti bagi Dewa Gunung!"

BERSYUKURLAH SENANGTIASA

Seorang petani dan istrinya bergandengan tangan menyusuri jalan sepulang dari sawah sambil diguyur air hujan. Tiba-tiba lewat sebuah motor didepan mereka. Berkatalah petani kepada istrinya,"Lihat Bu,betapa bahagianya suami istri yang naik motor itu meski mereka kehujanan,tapi mereka bisa cepat sampai dirumah tidak seperti kita yg harus lelah berjalan untuk sampai kerumah."

Sementara itu pengendara motor dan istrinya yg sedang berboncengan dibawah derasnya air hujan melihat sebuah mobil pick up lewat didepan mereka. Pengendara motor itu berkata kpd istrinya,"Lihat Bu,betapa bahagianya orang yg naik mobil itu,mereka tidak perlu kehujanan spt kita."

Didalam mobil pick up yg dikendarai sepasang suami istri terjadi perbincangan ketika sebuah sedan Mercy lewat,"Lihatlah Bu,betapa bahagia org yg naik mobil bagus itu,pasti nyaman dikendarai tdk spt mobil kita yg sering mogok."

Pengendara mobil Mercy itu seorang pria kaya,dan ketika dia melihat sepasang suami istri yg berjalan bergandengan tangan dibawah guyuran air hujan, pria kaya itu berkata dlm hati,"Betapa bahagianya suami istri itu,mereka dgn mesranya berjalan bergandengan tangan sambil menyusuri indahnya jalan di pedesaan ini,sementara aku & istriku tdk pernah punya wkt utk berduaan krn kesibukan masing-masing."

Kebahagiaan takkan pernah kita miliki jika kita hanya melihat kebahagiaan milik org lain,dan selalu membandingkan hidup kita dengan hidup org lain.

Bersyukurlah senantiasa atas hidupmu, supaya kau tahu dimana kebahagiaan itu berada

"Balon Merah"


Seorang bapa memiliki dua orang anak. Setiap kali bila mereka memiliki waktu bebas, maka ia akan membawa kedua anaknya ke lapangan luas dan melepaskan balon-balon ke udara. Anehnya, balon-balon yang dilepaskan itu semuanya berwarna merah. Setiap kali mereka datang ke lapangan itu pasti balon merahlah yang dilepaskan.

Suatu saat sang ayah ditugaskan untuk bekerja di kota lain. Pada saat hendak meninggalkan rumah ia berpesan kepada kedua anaknya bahwa bila mereka sungguh amat merindukan kehadiran sang ayah, maka mereka hendaknya melepaskan balon merah agar ditiup angin ke langit lepas. Dan dengan melihat balon tersebut sang ayah bisa mengetahui kalau mereka sedang merindukan kehadirannya.

Ternyata kepergian sang ayah bukanlah suatu perpisahan yang singkat. Kedua anak tersebut menanti dengan penuh rindu, dan berulang kali melepaskan balon merah ke udara. Namun tetap saja tak berguna karena ayahnya yang bekerja di tempat yang jauh tak pernah mampu melihat balon yang dilepaskan tersebut.

Suatu hari, kedua anak tersebut secara sembunyi-sembunyi sekali lagi melepaskan balon merah. Para tetangga merasa begitu iba dan terharu melihat betapa besar kerinduan kedua anak tersebut untuk bertemu sang ayah. Karena itu semua tetangga lalu ramai-ramai membeli jutaan balon dan menjadikan saat itu sebagai saat istimewa bagi warga tetangga tersebut. Semua beramai-ramai menuju lapangan luas dan melepaskan jutaan balon merah ke udara. Ke mana saja mata memandang, yang kelihatan adalah warna balon merah yang menakjubkan. Keajaiban balon merah tersebut ditangkap oleh seorang reporter. Dan...tatkala melihat berita keajaiban tersebut, sang ayah tahu bahwa kedua anaknya sedang merindukan kehadirannya, dan dengan segera melepaskan kesibukannya untuk kembali memberikan kasih sayang kepada kedua anaknya tersebut. Balon merah sungguh telah menjadi sarana yang menyatukan mereka kembali.

Kitapun memiliki kerinduan akan kehadiran Cinta Tuhan dalam diri kita dan hidup kita. Apakah kitapun sering melepaskan balon merah sebagai ungkapan tanda kerinduan kita akan kehadiran Bapa di surga??

Imanuel ~_^

SAPU LIDI YANG BERHARGA

Sapu lidi merupakan alat pembersih yang sangat tradisional. Orang-orang jaman sekarang sudah sangat jarang memakai sapu lidi saat mereka hendak membersihkan pekarangan rumahnya.

Saya sewaktu kecil gemar sekali bermain dengan lidi. Mengambil sebatang lidi lalu menggoreskannya ke tanah membentuk sebuah tulisan. Karena saya memberikan tekanan yang terlalu kuat, maka lidi itu patah. Pada akhirnya saya mengabil lebih banyak lidi, dan sewaktu menuliskannya dengan tekanan yang keras, maka lidi itu tidak ada yang patah sama sekali.

Demikianlah hendaknya kita hidup sebagai orang Kristen. Milikilah persekutuan hati seperti sapu lidi. Saat kita bersekutu dan saling mendukung di dalam doa, maka iblis tidak akan mampu mencerai-beraikan kita.

Perpecahan terjadi dalam kehidupan orang-orang Kristen disebabkan karena mereka tidak mau ikut bersekutu bersama-sama di dalam Tuhan. Mereka lebih memilih untuk menjauh dan menyendiri. Belajarlah untuk bisa terbuka dengan orang lain dan mau menerima orang lain dalam kehidupan kita. Karena pada saat kita berkumpul dan bersekutu bersama, maka roh kita pun akan semakin dikuatkan.

Bilamana kita berkumpul dalam roh, kamu bersama-sama dengan aku, dengan kuasa Yesus, Tuhan kita



1 Korintus 5:4

Mujizat Masih Ada

Doris Kristianti Hutahaean - Jakarta Dokter mendiagnosis aku terkena TB kelenjar getah bening. Diagnosis itu sangat mengagetkan. Kata TB getah bening sudah membuat aku merasa sangat takut karena aku pernah mendengar bahwa penyakit itu berbahaya. Aku berharap hari itu tidak pernah ada dalam hidupku.

Dokter memberikan obat-obatan TB yang harus aku minum selama 6 bulan, tanpa henti. Namun, batuk yang kualami tidak mereda, bahkan bertambah parah dan menyiksa. Akhirnya aku memeriksakan diri ke rumah sakit yang berbeda. Ketika itu, benjolan-benjolan di leher semakin banyak dan terlihat jelas seperti kalung di leher kanan dan kiriku. Dokter menyarankan agar aku menjalani biopsi untuk mengetahui apa sebenarnya benjolan-benjolan itu. Hasil biopsi tersebut menyatakan aku positif terkena kanker limfoma atau kanker getah bening stadium 3. Saat itu aku tidak bisa bersuara lagi karena kelenjar-kelenjar tersebut menghimpit pita suara dan saluran napasku.

Aku diam tetapi di dalam hati, aku sangat yakin bahwa Tuhan Yesus pasti bisa menyembuhkanku. Waktu itu, tema gerejaku tahun 2009 adalah Tahun Mujizat dan Kesembuhan yang Kreatif. Tayangan KKR-KKR Healing Movement yang kerap diputar sebelum Ibadah Raya telah menguatkan imanku. Banyak mujizat kesembuhan terjadi. Orang yang rindu mengalami mujizat, disembuhkan. Aku sangat yakin bahwa kalau mereka disembuhkan, aku juga. Kalau mereka yang non-Kristen saja disembuhkan oleh Tuhan, apalagi aku anakNya, pasti disembuhkan Tuhan. Dokter menyarankan agar aku segera dikemoterapi. Aku dan keluarga sangat terkejut. Kami tidak menyangka bahwa hasilnya seperti itu dan pengobatannya harus dengan kemoterapi.

Kami juga memikirkan biaya dan efek yang terjadi setelah kemoterapi. Kami bergumul apakah Tuhan memang menghendaki kesembuhanku lewat kemoterapi. Aku minta konfirmasi dari Tuhan. Aku minta tiga hal dari Tuhan. Aku berdoa, Tuhan, tolong tunjukkan ada orang kanker yang disembuhkan lewat kemoterapi. Kedua, aku rindu ketika orang itu bersaksi, dia disembuhkan lewat kemoterapi, hatiku sukacita sekali dan aku tidak takut lagi menjalani kemoterapi. Ketiga, Tuhan, biaya kemo tidak murah, tolong sediakan dananya. Puji Tuhan, semua doaku dijawab Tuhan. Pertama, konfirmasi datang ketika seorang yang telah disembuhkan lewat kemoterapi menjengukku di rumah sakit.

Kedua, ketika ia bersaksi, hatiku sungguh sukacita. Ia mengatakan, Doris, kamu jangan takut dikemoterapi, aku juga dikemoterapi karena kanker payudara. Puji Tuhan, aku sembuh. Ada bagian yang Tuhan kerjakan, tetapi ada bagian yang harus kita kerjakan. Kamu berdoa, memuji, dan menyembah Tuhan dan jalankan prosesnya lewat kemoterapi ini. Kedua, Hatiku sangat bersukacita karena aku mendapatkan jawaban yang sangat kunantikan saat itu. Hatiku melonjak bergembira dan aku minta segera dikemo karena aku ingin cepat sembuh. Ketiga, Tuhan juga menyediakan setiap dana yang kubutuhkan untuk kemoterapi.

Ketika akan menjalani kemo kedua, aku harus menyiapkan sejumlah uang yang relatif besar bagiku. Tiba-tiba, ada 2 orang hamba Tuhan datang ke rumah sakit. Sebelum pulang, mereka memberikan sejumlah uang kepadaku. Saat itu, aku sangat bersyukur. Dan ketika dihitung, ternyata jumlah uang itu persis sama dengan biaya kemoterapi yang kubutuhkan. Tuhan Yesus luar biasa. Dia benar-benar Yehova Yireh. Selama menjalani pengobatan, aku dan keluarga tidak pernah meminta-minta atau berhutang pada siapa pun. Dengan cara-cara yang ajaib, Tuhan menyediakan setiap dana yang kami perlukan. Ada masa-masa ketika aku merasa tidak kuat, tidak berdaya, dan sepertinya ingin menyerah. Khususnya, ketika rambutku mulai rontok, perasaanku sangat sedih. Sebagai wanita, rambut adalah mahkota bagiku. Meskipun dokter sudah memberi tahu efek ini, tetapi yang aku tidak siap, ternyata proses kebotakan itu mengerikan.

Rambutku rontok terus. Dalam hitungan 6 hari, rambutku langsung habis dan kebotakannya tidak merata. Setiap bercermin, hatiku perih sekali. Belum lagi, setiap kali selesai kemoterapi, kulitku tampak lebih hitam, di sisi lain aku merasa sakit dan lemah sekali. Aku jadi mengasihani diri. Namun, aku sadar tidak ada gunanya aku mengasihani diri.

Dukungan dan doa dari keluarga, sahabat-sahabat di COOL Choir, Youth TM, dan teman-teman di kantor membantu aku melewati kemo demi kemo. Suatu kali, dalam sebuah ibadah, aku merasa sulit bernyanyi dengan baik. Waktu itu, aku kehilangan suara dan sulit bernapas. Sempat tebersit dalam pikiranku, bagaimana kalau keadaan ini terus terjadi, aku tidak bisa lagi melayani Tuhan melalui bidang vokal. Namun, setelah kemo pertama pita suaraku yang tertutup oleh benjolan-benjolan itu mulai pulih kembali. Semua yang Tuhan izinkan terjadi pada anak-anakNya pasti mendatangkan kebaikan, meskipun prosesnya tidak enak.

Kondisi ini membawa aku lebih dekat pada Tuhan. Aku banyak mengoreksi hidupku. Aku mengerti Tuhan ingin aku menikmati hidup bersama dengan Dia dalam kacamataNya. Bersama Dia, segala sesuatu yang aku lihat tampak indah dan baik. Saat menjalani proses kemoterapi, aku terus berharap dan mengandalkan Tuhan. Aku bahkan tetap melayani Tuhan dengan menggunakan �wig�. Aku terus memperkatakan hal-hal yang positif. Aku minta Tuhan menciptakan sel-sel yang sehat dan kelenjar getah bening yang normal dalam tubuhku.

Aku sungguh yakin bahwa setiap perkataanku yang dibarengi dengan iman bekerja sehingga sesuatu terjadi pada tubuhku. November 2009, beberapa hari menjelang kemo yang ke-6, gereja tempatku melayani mengadakan KKR di Lapangan Puspomal, Kelapa Gading. Aku ingin sekali ikut pelayanan dan mendapatkan mujizat di KKR itu. Aku minta izin pada dokter untuk memundurkan waktu kemo hingga KKR usai, dan dokter mengizinkanku. Aku pun melayani Tuhan sebagai Choir di KKR itu.

Aku sangat menikmati hadirat Tuhan. Pujian yang kami naikkan justru memberiku kekuatan yang baru. Aku percaya, meskipun aku tidak dilayani atau ditumpangtangani karena sedang melayani, tetapi Tuhan Yesus menyembuhkanku. Ia sendiri yang mengkemoterapi aku malam itu. Beberapa waktu kemudian aku menemui dokter. Aku mengatakan bahwa aku sudah sehat dan tidak mau dikemoterapi lagi. Dokter mengizinkan dengan persyaratan aku harus memeriksakan diri untuk beberapa kali.

2010, 3 kali aku datang kepada dokter itu dengan membawa hasil tes darah, hasilnya semakin bagus. Dokter takjub dengan hasil tersebut karena aku sudah tidak dikemoterapi dan tidak minum obat. Aku minta pada dokter untuk melakukan tes yang lebih akurat. 28 Desember 2010, aku mendapat kado Natal yang luar biasa dari Tuhan. Secara medis, dokter menyatakan sel-selku sudah normal, tidak ada sel kanker lagi. Mendengar hal itu, mataku berkaca-kaca dan aku hanya bisa berkata, "Tuhan Yesus, Engkau sungguh luar biasa, Engkau dahsyat." Dia memang Tuhan yang tidak pernah meninggalkan umatNya yang percaya dan berharap kepadaNya. Sungguh, mujizat Tuhan masih ada!

Badai Pasti Berlalu

Pada suatu hari, seperti biasanya kami bekendaraan menuju ke suatu tempat.
Dan aku yg mengemudi. Setelah beberapa puluh kilometer, tiba-tiba awan hitam
datang bersama angin kencang. Langit menjadi gelap. Kulihat beberapa kendaraan
mulai menepi & berhenti.

"Bagaimana Ayah? Kita berhenti?", aku bertanya.
"Teruslah mengemudi!", kata Ayah.
Aku tetap menjalankan mobilku.
Langit makin gelap, angin bertiup makin kencang. Hujanpun turun.
Beberapa pohon bertumbangan, bahkan ada yg diterbangkan angin. Suasana sangat
menakutkan.Kulihat kendaraan² besar juga mulai menepi & berhenti.

"Ayah...?"
"Teruslah mengemudi!" kata Ayah sambil terus melihat ke depan.
Aku tetap mengemudi dng bersusah payah.
Hujan lebat menghalangi pandanganku sampai hanya berjarak beberapa meter saja.
Anginpun mengguncang²kan mobil kecilku.
Aku mulai takut.
Tapi aku tetap mengemudi walaupun sangat perlahan.

Setelah melewati beberapa kilometer ke depan, kurasakan hujan mulai mereda & angin
mulai berkurang. Setelah beberapa killometer lagi, sampailah kami pada daerah yang
kering & kami melihat matahari bersinar muncul dari balik awan.

"Silakan kalau mau berhenti dan keluarlah", kata Ayah tiba².
"Kenapa sekarang?", tanyaku heran.
"Agar engkau bisa melihat dirimu seandainya engkau berhenti di tengah badai".

Aku berhenti & keluar. Kulihat jauh di belakang sana badai masih berlangsung.
Aku membayangkan mereka yg terjebak di sana dan berdoa, smg mereka selamat.
Dan aku mengerti bahwa

jangan pernah berhenti di tengah badai karena akan terjebak dalam ketidakpastian & ketakutan kapan badai akan berakhir serta apa yg akan terjadi selanjutnya.

Jika kita sedang menghadapi "badai" kehidupan, teruslah berjalan, jangan berhenti,
Jangan putus asa karena kita akan tenggelam dalam keadaan yang terus kacau, menakutkan
& penuh ketidak-pastian.

Lakukan saja apa yang dapat kita lakukan, & yakinkan diri bahwa BADAI PASTI BERLALU.

Have a positive day!

Impian Seorang Mahasiswi

Hari pertama kuliah di kampus, profesor memperkenalkan diri dan menantang kami untuk berkenalan dengan seseorang yang belum kami kenal. Saya berdiri dan melihat sekeliling ketika sebuah tangan lembut menyentuh bahu saya.

Saya menengok dan mendapati seorang wanita tua, kecil, dan berkeriput, memandang dengan wajah yang berseri-seri dengan senyum yang cerah. Ia menyapa, "Halo anak cakep. Namaku Rose. Aku berusia delapan puluh tujuh. Maukah kamu memelukku?"Saya tertawa dan dengan antusias menyambutnya, "Tentu saja boleh!".

Dia pun memberi saya pelukan yang sangat erat. "Mengapa kamu ada di kampus pada usia yang masih begitu muda dan tak berdosa seperti ini?" tanya saya berolok-olok. Dengan bercanda dia menjawab, "Saya di sini untuk menemukan suami yang kaya, menikah, mempunyai beberapa anak, kemudian pensiun dan bepergian."

"Ah yang serius?" pinta saya. Saya sangat ingin tahu apa yang telah memotivasinya untuk mengambil tantangan ini di usianya. "Saya selalu bermimpi untuk mendapatkan pendidikan tinggi dan kini saya sedang mengambilnya!" katanya. Setelah jam kuliah usai, kami berjalan menuju kantor senat mahasiswa dan berbagi segelas chocolate milkshake.

Kami segera akrab.Dalam tiga bulan kemudian, setiap hari kami pulang bersama-sama dan bercakap-cakap tiada henti. Saya selalu terpesona mendengarkannya berbagi pengalaman dan kebijaksanaannya. Setelah setahun berlalu, Rose menjadi bintang kampus dan dengan mudah dia berkawan dengan siapapun. Dia suka berdandan dan segera mendapatkan perhatian dari para mahasiswa lain. Dia pandai sekali menghidupkannya suasana.

Pada akhir semester kami mengundang Rose untuk berbicara di acara makan malam klub sepak bola kami. Saya tidak akan pernah lupa apa yang diajarkannya pada kami. Dia diperkenalkan dan naik ke podium. Begitu dia mulai menyampaikan pidato yang telah dipersiapkannya, tiga dari lima kartu pidatonya terjatuh ke lantai. Dengan gugup dan sedikit malu dia bercanda pada mikrofon. Dengan ringan berkata, "Maafkan saya sangat gugup. Saya sudah tidak minum bir. Tetapi wiski ini membunuh saya. Saya tidak bisa menyusun pidato saya kembali, maka ijinkan saya menyampaikan apa yang saya tahu."

"Kita tidak pernah berhenti bermain karena kita tua. Kita menjadi tua karena berhenti bermain. Hanya ada rahasia untuk tetap awet muda, tetap menemukan humor setiap hari. Kamu harus mempunyai mimpi. Bila kamu kehilangan mimpi-mimpimu, kamu mati. Ada banyak sekali orang yang berjalan di sekitar kita yang mati namun mereka tak menyadarinya." "Sungguh jauh berbeda antara menjadi tua dan menjadi dewasa.

Bila kamu berumur sembilan belas tahun dan berbaring di tempat tidur selama satu tahun penuh, tidak melakukan apa-apa, kamu tetap akan berubah berubah menjadi dua puluh tahun. Bila saya berusia delapan puluh tujuh tahun dan tinggal di tempat tidur selama satu tahun, tidak melakukan apapun, saya tetap akan menjadi delapan puluh delapan. Setiap orang pasti menjadi tua. Itu tidak membutuhkan suatu keahlian atau bakat. Tumbuhlah dewasa dengan selalu mencari kesempatan dalam perubahan."

"Jangan pernah menyesal. Orang-orang tua seperti kami biasanya tidak menyesali apa yang telah diperbuatnya, tetapi lebih menyesali apa yang tidak kami perbuat. Orang-orang yang takut mati adalah mereka yang

hidup dengan penyesalan."

Rose mengakhiri pidatonya dengan bernyanyi "The Rose". Dia menantang setiap orang untuk mempelajari liriknya dan menghidupkannya dalam kehidupan sehari-hari. Akhirnya Rose meraih gelar sarjana yang telah diupayakannya sejak beberapa tahun lalu. Seminggu setelah wisuda, Rose meninggal dunia dengan damai. Lebih dari dua ribu mahasiswa menghadiri upacara pemakamannya sebagai penghormatan pada wanita luar biasa yang mengajari kami dengan memberikan teladan bahwa tidak ada yang terlambat untuk apapun yang bisa kau lakukan. Ingatlah, menjadi tua adalah kemestian, tetapi menjadi dewasa adalah pilihan.

* * *
Sediakan waktu untuk berpikir, itulah sumber kekuatan.
Sediakan waktu untuk bermain, itulah rahasia awet muda.
Sediakan waktu untuk membaca, itulah landasan kebijaksanaan.
Sediakan waktu untuk berteman, itulah jalan menuju kebahagiaan.
Sediakan waktu untuk bermimpi, itulah yang membawa anda ke bintang.
Sediakan waktu untuk mencintai dan dicintai, itulah hak istimewa Tuhan.
Sediakan waktu untuk melihat sekeliling anda, hari anda terlalu
singkat untuk mementingkan diri sendiri.
Sediakan waktu untuk tertawa, itulah musik jiwa.

Tuhan memberkati...

JANGAN TAWAR HATI

Serombongan pemusik dan penyair selalu berkeliling menghibur rakyat. Mereka dengan sukacita mengerjakan tugas itu dari waktu demi waktu.

Suatu ketika mereka hanya mendapat sedikit uang dari hasil pertunjukan mereka karena kesulitan ekonomi yang sedang melanda negri itu, sehingga rakyat enggan menonton pertunjukan mereka.

Rombongan penghibur merasa keadaannya semakin memburuk, sehingga mereka memutuskan malam itu berhenti bermain, apalagi ditambah dengan cuaca buruk. Seorang diantara mereka berkata” kita cukup kecewa menghadapi malam-malam sebelumnya, dengan kondisi seperti ini pasti penonton malam ini menjadi semakin sedikit. lebih baik kita batalkan pertunjukannya”.

Tetapi ada satu anggota rombongan yang paling tua, berkata “Aku tahu kalian kecewa dan tawar hati, sekarang tinggal keputusan kalian apakah kalian semua akan tenggelam dalam putus asa dan tawar hati, lalu menghentikan apa yang semestinya kalian lakukan atau tetap lakukan yang terbaik karena menghibur adalah kesenangan kita dan tidak tergantung dengan baik atau buruknya kondisi diluar.”

Terpacu dari perkataan orang tua itu, mereka terbakar untuk mengadakan pertunjukan yang terbaik dialun-alun kota, penonton yang sedikit tidak mengurangi semangat mereka untuk menampilkan ketrampilan mereka. Malam itu adalah konser terbaik yang pernah mereka lakukan.

Selesai konser, ada secarik kertas yang ditujukan pada rombongan itu, lalu mereka membaca bersama-sama” Terimakasih atas penampilan kalian yang begitu indah dan memukau. tertanda RAJA KALIAN. Tentu saja mereka menjadi bangga dan bersyukur atas semua yang mereka lakukan, karena tanpa sepengetahuan mereka pertunjukan itu dilihat oleh RAJA mereka.

Sahabat,

Paling tidak ada dua orang yang melihat “pertunjukan”yang anda lakukan, yaitu diri anda sendiri dan Tuhan. Jangan pernah kecewa dan tawar hati dengan apa yang anda kerjakan sekalipun cuaca dan keadaan disekitar anda tidak mendukung.

Kualitas dan semangat kerja anda tidak dipengaruhi seberapa banyak orang yang melihat anda, tetapi ingatlah Tuhan sebagai Raja Agung Kehidupan selalu hadir dan menyaksikan pertunjukan yang sedang anda kerjakan. dan jika anda tahu bahwa Tuhan menyaksikan semua itu tidakkah seharusnya anda melakukan sebaik mungkin ?

Selamat mempersiapkan pertunjukan..!!

Bungkusan atau Isinya?

Hidup akan sangat melelahkan dan mengkhawatirkan jika kita menguras pikiran dan tenaga hanya untuk memperoleh BUNGKUSAN, namun mengabaikan ISI-nya. Banyak orang yang dalam kehidupan ini terlalu fokus pada BUNGKUSAN sehingga lupa bahwa hidup itu sesungguhnya untuk ISI-nya...

Rumah mewah hanya bungkusan,
Rumah tangga itu isinya...

Pesta pernikahan hanya bungkusan,
Cinta kasih dan tanggung jawab itu isinya...

Ranjang mewah hanya bungkusan,
Tidur nyenyak itu isinya...

Makan enak hanya bungkusan,
Gizi dan energi itu isinya...

Kecantikan hanya bungkusan,
Kepribadian itu isinya...

Bicara hanya bungkusan,
Hasil itu isinya...

Buku hanya bungkusan,
Pengetahuan itu isinya...

Jabatan hanya bungkusan,
Pengabdian dan pelayanan itu isinya...

Agama itu bungkusan,
Melakukan perintah Tuhan itu isinya...

Jadi mulai sekarang, fokuslah pada isinya...
Namun jangan lupa untuk merawat bungkusnya juga.